Adalah suatu kisah yang banyak memberikan pelajaran hakikat kasih sayang
seorang ibu yang tiada batasnya. Walaupun pernah tersakiti oleh
perbuatan anaknya, namun kasih sayangnya tak pernah luntur dan hilang,
bahkan rasa ibanya dan cintanya kepada anaknya telah menghapuskan sakit
hatinya.
Maka sekecil apapun peran seorang ibu adalah merupakan kebaikan yang
nilainya jauh lebih besar dari dunia dan seisinya. Kisah ini sebagai
pelajaran yang sangat berharga bagi siapa yang selalu menyakiti dan
mendurhakahi orang tuanya terutama ibunya. Walaupun banyak yang
meragukan kisah dalam hadits ini sebagai kisah yang diada-adakan dan
pelakunya adalah sosok yang dibuat-buat, namun isi dari cerita ini
menggambarkan hal yang harus dilakukan bagi setiap manusia harus selalu
berbuat baik kepada orang tua dan jangan mendurhakainya sebagaimana
perintah Allah Swt berlepas dari itu semua ada yang kita bisa petik
sebagai pelajaran berharga.
Dikisahkan dalam satu riwayat bahwa pada masa Rasulullah Saw ada seorang
pemuda yang bernama Al-Qomah. Dia seorang pemuda yang giat beribadah,
rajin sholat, banyak puasa dan suka bershodaqoh.
Suatu hari dia sakit keras, maka istrinya mengirim utusan kepada
Rasulullah Saw untuk memberitahukan kepada beliau Saw tentang keadaan
Al-Qomah. Maka Rasulullah Saw kemudian mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib
ar Rumi dan Bilal bin Robah Ra untuk melihat keadaannya.
Rasulullah bersabda, “Pergilah ke rumah Al-Qomah dan talqinlah untuk mengucapkan Laa ilaha Illallah.”
Akhirnya mereka berangkat ke rumahnya. Ternyata pada saat itu Al-Qomah
sudah dalam keadaan naza’. Maka segeralah mereka mentalqinnya, tetapi
ternyata lisan Al-Qomah tidak bisa mengucapkan Laa Ilaha Illallah.
Langsung saja mereka laporkan kejadian ini pada Rasulullah Saw. Beliau
bertanya, ”Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua?” Ada yang
menjawab, ”Ada, wahai Rasulullah, dia masih mempunyai seorang ibu yang
sudah tua renta.”
Maka Rasulullah Saw mengirim utusan untuk menemuinya, dan beliau
berpesan kepada utusan tersebut, ”Katakan kepada ibunya Al-Qomah, jika
dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah, maka datanglah, namun
jika tidak, maka biarlah Rasulullah yang datang menemuinya.”
Tatkala utusan itu sampai ke tempat ibunya Al-Qomah, dan pesan beliau
telah disampaikan, maka dia berkata, ”Sayalah yang lebih berhak untuk
mendatangi Rasulullah Saw.” Maka dia pun memakai tongkat dan berjalan
mendatangi Rasulullah Saw. Sesampainya di rumah Rasulullah, maka dia
mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya, lalu Rasulullah,
”Wahai ibu Al-Qomah, jawablah pertanyaanku dengan jujur. Sebab jika
engkau berbohong maka akan datang wahyu dari Allah azza wa jalla yang
akan memberitahukan (hal itu) kepadaku.
Bagaimana sebenarnya keadaan putramu Al-Qomah?” Sang ibu menjawab,
”Wahai Rasulullah, dia rajin mengerjakan shalat, banyak puasa, dan
senang bersedekah.” Lalu Rasulullah bertanya, ”Lalu bagaimana perasaanmu
terhadapnya?” Dia menjawab, ”Saya marah kepadanya wahai Rasulullah.”
Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?” Dia menjawab,”Wahai Rasulullah, dia
lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya, dan dia pun durhaka
kepadaku.”
Maka bersabda, ”Sesungguhnya kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan
Al-Qomah sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat.” Kemudian beliau
bersabda, ”Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.”
Si Ibu bertanya,”Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau lakukan.” Beliau
menjawab, ”Saya akan membakarnya dihadapanmu.” Dia menjawab, ”Wahai
Rasulullah, saya tidak tahan apabila engkau membakar anakku
dihadapanku.” Maka Rasulullah menjawab, ”Wahai ibu Al-Qomah,
sesungguhnya adzab Allah azza wa jalla lebih pedih dan lama. Kalau
engkau ingin agar Allah azza wa jalla mengampuninya, maka relakanlah
anakmu Al-Qomah. Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sholat,
puasa, dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi
engkau masih marah kepadanya.” Lantas sang ibu ini berkata, ”Wahai
Rasulullah, Allah azza wa jalla sebagai saksi, serta semua kaum muslimin
yang hadir saat ini, bahwa saya telah ridho kepada anakku Al-Qomah.”
Rasulullah pun berkata kepada Bilal Ra, ”Wahai Bilal, pergilah kepadanya
dan lihatlah apakah Al-Qomah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah
belum. Barangkali ibu Al-Qomah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal
dari hatinya, atau barangkali dia hanya malu kepadaku.”
Bilal pun berangkat, dan ternyata dia mendengar Al-Qomah dari dalam
rumah mengucapkan Laa Ilaha Illallah. Maka Bilal masuk dan berkata,
”Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Al-Qomah telah
menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, dan
ridhonya telah menjadikannya mampu mengucapkan.”
Akhirnya Al-Qomah meninggal dunia saat itu juga. Kemudian Rasulullah Saw
melihatnya dan memerintahkan agar dia dimandikan lalu dikafani,
kemudian beliau mensholatinya dan menguburkannya, dan di dekat kuburan
itu beliau bersabda,
”Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshor, barangsiapa yang melebihkan
istrinya daripada ibunya, maka dia akan mendapatkan laknat dari Allah
azza wa jalla, para malaikat, dan seluruh manusia. Allah azza wa jalla
tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau
bertaubat, dan berbuat baik kepada ibunya, serta meminta keridhoannya,
karena ridho Allah azza wa jalla tergantung pada ridhonya dan kemarahan
Allah azza wa jalla tergantung pada kemarahananya.”
sumber : suara-islam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar