Namanya tidak terkenal sebagaimana sahabat-sahabat lainnya, namun
perjuangannya memberikan semangat dan kekuatan bagi kaum muslimin
lainnya. Kiprahnya dalam membela Rasulullah Saw sangat dikagumi karena
ia juga merupakan kerabat dekat Rasul. Beliau adalah Ubaidah bin Harits
bin Abdul Mutholib atau dikenal sebagai Abu Ubaidah.
Dikisahkan pada perang Badar al-Kubra, orang yang pertama kali
mengobarkan peperangan adalah Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi,
seorang laki – laki yang bengis, kejam serta sangat buruk akhlaknya. Dia
dengan sombongnya keluar dari barisan kaum musyrikin maju menyeruak ke
tengah-tengah kaum muslimin seraya berkata : “Aku bersumpah kepada
Allah, aku pasti benar – benar akan mengambil air minum dari kolam
kalian, atau aku akan menghancurkannya atau aku lebih baik mati karena
nya.”
Ketika Al-Aswad bin Abdullah Asad keluar, maka dia disambut oleh Singa
Allah, Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu’anhu. Lalu mereka berduel,
satu lawan satu. Hamzah –Singa Allah- berhasil menebas kaki Al-Aswad
hingga putus dan darahnya memuncrat mengenai kawan-kawan nya yang lain.
Al-Aswad pun terjengkang jatuh dengan kaki penuh lumuran darah, saat dia
berusaha menuju sahabat dan rekannya. Maka dia berjalan sambil merayap
ke kolam, itu hanya demi untuk memenuhi sumpahnya. Namun Singa Allah
Hamzah bin Abdul Muthalib dengan sigap membututinya lalu memukulnya
hingga ia tewas di kolam tersebut.
Melihat kejadian ini pasukan kafir musyrik Quraisy terbakar emosi, maka
keluar dari mereka tiga orang pembesar dari Quraisy yang masih satu
keluarga. Yakni Utbah bin Rabi’ah, dan anak nya yakni Al-Walid bin Utbah
dan saudara Utbah yakni Syaibah bin Rabi’ah. Mereka ingin duel (satu
lawan satu).
Dengan gagah berani, tiga orang ksatria Islam maju menghadapi
musuh-musuhnya. Mereka adalah pemuda dari kalangan Anshar. Dua
bersaudara yakni Auf bin Al-Harits dan Muawwidz bin Al-Harits, satu lagi
adalah Abdullah bin Rawahah. Mereka ingin menyambut tiga orang kafir
Quraisy dan meladani perang tanding.
Ketiga orang kafir Quraisy bertanya : “Siapa kalian?”
Ketiga ksatria Islam menjawab, “Kami adalah orang – orang Anshar.”
Orang kafir itu berkata, “Kalian ini orang – orang mulia yang selevel
dengan kami, hanya saja kami ingin duel dengan kaum kami sendiri. Kami
hanya menginginkan kerabat paman kami."
Salah seorang di antara orang – orang kafir musyrik itu ada yang
berteriak dengan, “Wahai Muhammad, keluarkanlah orang – orang terpandang
yang berasal dari kaum kami (yakni orang Quraisy).”
Menanggapi hal itu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Majulah engkau wahai Ubaidah bin Al-Harits, majulah engkau wahai
Hamzah, majulah engkau wahai Ali.”
Ketiga ksatria Islam maju dengan gagah berani mendekati tiga orang kafir
Quraisy terebut, lalu orang kafir itu bertanya, “Siapakah kalian ini?”
Ubaidah menjawab, “Aku Ubaidah." Hamzah menjawab, “Aku Hamzah.”
Ali menjawab, “Aku Ali.” Orang kafir itu berkata, “Benar, kalian memang orang – orang mulia yang selevel dengan kami.”
Ubaidah Radhiyallahu’anhu adalah sahabat yang paling tua diantara Hamzah
dan Ali. Maka Ubaidah menghadapi Utbah bin Rabi’ah. Hamzah
Radhiyallahu’anhu menghadapi Syaibah bin Rabi’ah. Dan Ali
Radhiyallahu’anhu menghadapi Al-Walid bin Utbah.
Mulailah mereka bertempur tanding satu lawan satu mengeluarkan segalah
kemampuan mereka masing-masing bergantian saling serang diantara mereka,
duel pun berlangsung dengan begitu hebat suara adu pedang silih
berganti tak terkecuali Ali bin Abi Thalib pun melawan musuh tandingnya
dengan gesit, begitupula dengan Hamzah –Singa Allah- dengan mudah dapat
membunuh Syaibah bin Rabi’ah, demikian pula halnya Ali dengan mudahnya
dapat membunuh Al-Walid.
Sementara itu Abu Ubaidah bin Al-Harits Radhiyallahu’anhu dan Utbah bin
Rabi’ah, mereka saling memukul lawannya dengan pukulan yang keras dan
melukai satu sama lainnya. Kemudian Hamzah dan Ali dengan cepat membantu
Ubaidah bin Al-Harits untuk membunuh Utbah bin Rabi’ah. Maka, tidak
lama tewaslah semua musuh – musuh Allah tadi.
Setelah itu Hamzah dan Ali memapah tubuh Abu Ubaidah yang sudah lemah
karena luka, kaki Ubaidah tertebas hingga putus. Dia sama sekali tidak
mengeluh hingga beliau meninggal dunia –syahid- di Ash-Shafra lima hari
setelah Perang Badar, di tengah perjalanan pulang ke Madinah.
Berkaitan dengan perang tanding ini, Allah Subhanahu wa ta’ala sebutkan di dalam Alquran surat Al-Hajj ayat 19-24.
sumber : suara-islam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar