Pertemanan
adalah satu hubungan sosial yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia sehebat apapun dia, tak
akan bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan rasa cinta, kasih sayang, dan
bantuan dari orang di sekitar kita. Untuk membuat hidup ini jauh lebih
indah, jauh lebih bermakna. Namun, sejauh mana kita mengartikan sebuah
pertemanan? Apakah pertemanan itu hanya sekedar simbolik atau kita telah
benar-benar memahami dan mengamalkan apa makna pertemanan yang
sesungguhnya. Pertemanan adalah hal yang sedikit berbeda dengan
persaudaraan.
Pertemanan adalah hal yang cukup dan tidak mendetil.Cukup tahu nama, dan
profil general. Selanjutnya terserah kita mau menyelami kepribadiannya
atau tidak. Bukan merupakan kewajiban untuk kita mengenalnya,dan
memahaminya lebih jauh. Ada yang bilang, seorang teman itu akan datang
ketika dia lagi butuh lalu meminta bantuan kita. Seorang saudari tidak.
Seorang saudari itu memiliki kewajiban dan hak atas saudarinya.
Perbedaan yang cukup jauh dapat disatukan atas nama persaudaraan.
Persaudaraan yang dilandaskan atas cinta. Persaudaraan atas nama cinta
karena ALLAH. Bahkan saudara atas nama nasab dapat dikalahkan dengan
persaudaraan karena ALLAH. Karena betapa mulianya jika kita membangun
sebuah persaudaraan atas nama kecintaan kita pada ALLAH SWT.
“Teman-teman akrab pada hari itu (hari kiamat) sebagiannya menjadi
musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67).
Orang-orang yang saling mencintai karena ALLAH akan mendapat naungan di
yaumul akhir nanti. Karena semasa hidupnya mereka menjaga cinta atas
namaNYA tidaklah mudah, membutuhkan pengorbanan dan kesabaran .
Suatu ketika kita bertemu saudari saat pertama kali. Ada rasa yang
menyusup di jiwa. Ada keteduhan didalam wajahnya, ada senyum yang
mengesankan, ada salam yang membangkitkan. Meski pertama kali
melihat,pertama kali berjumpa. Namun semuanya terasa begitu dekat begitu
akrab.Yah, itulah makna seorang saudari di jalan ini. Saudari yang
rasanya sulit untuk dilepaskan.Sulit untuk mengatakan salam
perpisahan.Dan berharap suatu hari bertemu dalam ikatan istimewa yang
saling menguatkan.
Begitu pula keberadaan kita di jalan ini tak pernah lepas atas peran
seorang saudari. Seorang saudari yang senantiasa mengulurkan bantuan.
Tanpa perlu bertanya “Perlukah kau aku bantu”?. Namun, seorang saudari
yang selalu sigap memberikan bantuan tanpa bertanya terlebih dahulu.
Seorang saudari yang tak kenal lelah mengingatkan saudarinya dalam
kebenaran. Seorang saudari yang selalu memberikan senyuman terbaiknya
untuk kita.Seorang saudari yang selalu meringankan beban saudarinya.
Seorang saudari yang bisa menjadi penghibur di kala sedih, pembangkit di
kala terpuruk, penyejuk di kala gersang. Begitu banyak kata yang sulit
untuk melukiskanmu. Begitu hebat sosoknya diriku dimataku.
Menyadari bahwasanya perjuangan ini penuh dengan rintangan. Tak sedikit
yang tidak menyukai kita. Tak sedikit dari mereka yang berusaha untuk
meregangkan ikatan kita. Tak sedikit acara-acara yang kita buat sedikit
peminatnya, tak sedikit dari mereka yang mencerca kita. Tak sedikit dari
mereka yang mengadu-domba kita satu sama lain. Itu semua adalah
bumbu.Bumbu untuk membuat perjuangan kita semakin terasa lezat. Semakin
terasa nikmat. Tanpa adanya bumbu perjuangan akan terasa hambar. Mungkin
apa yang kita alami saat ini belum ada apa-apanya dibanding dengan
perjuangan yang dialami oleh tauladan kita, Rasulullah SAW dan para
sahabat. Jadikanlah perjuangan mereka sebagai sumber semangat untuk kita
berjuang.
Tak hanya gangguan dari luar, gangguan dari dalam pun kami dapati.
Memahami karakter saudari perjuangan tidaklah mudah. Terkadang ego
mengalahkan segalanya. Terkadang kita ingin selalu dimengerti oleh orang
lain. Terkadang kita selalu menyalahkan kinerja saudari kita dalam
sebuah acara, terkadang kita selalu mengharap diberi bukannya malah
memberi. Terkadang kita tidak mau menerima kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki saudari kita.
Padahal sebuah persaudaraan yang kita bangun, harus siap atas segalanya
dari kita. Siap untuk menberikan hati, jiwa, raga dan harta kita untuk
saudari kita. Saling memahami dalam diam. Saling menegur di kala yang
lain menyimpang.Saling mengulurkan bantuan. Saling menerima kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki yang lain. “Jangan paksakan
sepatumu,dipakai oleh orang lain”. Niscaya tidak akan muat, begitulah
persaudaraan. Kita tidak bisa memaksa untuk merubah seorang saudari
bertindak dan bersikap sesuai dengan keinginan kita. Yang dibutuhkan
adalah sebuah pemahaman. Bukankah berbagai macam karakter mereka,membuat
hidup kita lebih berwarna ? Coba lihat sahabat rasul yang memiliki
karakter dan kelebihannya masing-masing. Abu Bakar yang lembut
membenarkan. Begitu teguhnya dalam mebenarkan segala ajaran yang dibawa
Rasulullah. Sosoknya yang kecil, kurus, bahkan sarungnya sering mengulur
kebawah. Umar yang begitu tegas dan jujur. Tegas dalam melawan segala
bentuk kemungkaran yang terjadi saat zaman rasulullah. Jujur pada
ALLAH,jujur pada Rasulullah, jujur pada dirinya sendiri. Selalu berterus
terang.Tak peduli orang lain mengatakan apapun tentangnya. Sosoknya
yang begitu tinggi, besar, bahkan suatu hari saat umar bersin untuk
mengecek shaf shalat, empat makmumnya jatuh terjengkang. Utsman yang
begitu pemalu. Sosok yang begitu tampan karena keturunan saudagar kaya
dan Ali yang begitu sabar dalam menjalani hidup. Meski segalanya kurang
namun tiada hentinya untuk bersyukur. Mereka pun memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Perbedaan itulah yang mebuat semuanya
semakin beragam. Perbedaanlah yang membuat semuanya semakin berwarna.
Perbedaan karakter itulah yang dibingkai dalam satu kata kemuliaan dalam
Islam.
“Sulitnya mencari saudari di dunia?” Karena yang kau cari adalah saudari yang bisa memberi bukan untuk diberi”.
"Jagalah saudarimu, terimalah ia apa adanya. Karena persaudaraan bukan
mencari kesempurnaan. Namun mencari pengorbanan atas nama cinta karena
ALLAH SWT. Bimbinglah ia, jadikan ia sumber inspirasi untuk terus
berlomba -lomba dalam kebaikan.
Karena dia bukan temanu, namun dia saudarimu..
"Malam telah berlalu,
Namun aku tak bisa memejamkan mata..
Teringat wajah mereka para penghuni Syurga"
Sumber : suara-islam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar