Rabu, 24 Desember 2014

Lamaran Ditolak, Pemuda Ini Langsung Berazam Ingin Menghafal Alquran

Niat baik tidak selamanya dianggap baik, mungkin inilah yang dialami seorang pemuda yang tinggal di pelosok sebuah desa di daerah Bekasi. 
 
Daud Dzal Aidi, begitulah nama lengkap pemuda tersebut, seperti sebuah nama nabi yang tercantum di dalam Alquran pada surat Shad [38] ayat 17, "Daud yang memiliki kekuatan".
 
Orangtua Daud bukan seorang ulama, tapi kedua orangtuanya cinta terhadap ulama, nama anaknya itu pun adalah sebuah pemberian dari seorang ajengan yang alim dan hafizh di daerah Garut.
 
Daud adalah seorang pemuda yang polos, bisa dikatakan belum banyak terinfeksi pergaulan bebas anak muda zaman sekarang. Daud pun tidak terbiasa bergaul dengan lawan jenis terlalu jauh, hanya sekedar muamalah biasa.
 
Namun ternyata Daud memendam perasaan terhadap seorang wanita yang pernah ditemuinya sekilas dalam acara seminar remaja Islam di Jakarta, Fatimah namanya, kebetulan Daud menjadi panitianya dan Fatimah yang membaca ayat-ayat suci Alquran. Daud terkesan dengan suara indah dan lengkingan ayat-ayat yang dibacakan oleh Fatimah seakan sudah menguasai betul nagham dalam ilmu tilawah, mulai dari bayati, shoba, hijaz dan sebagainya.
 
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
 
Singkat cerita tiga bulan kemudian, Daud rupanya sudah ada niat ingin melamar Fatimah, sinyal cinta itu timbul begitu saja, percakapan seperlunya pun hanya melalui pesan singkat sms.
 
"Fatimah, saya mau silaturahim ke rumah orangtua kamu, boleh saya minta alamat lengkapnya, maaf jika kurang berkenan," setelah berpikir panjang dengan kata-katanya akhirnya sms itu terkirim juga.
 
"Iya kak, silakan datang saja, rumah orangtua saya yang bercat putih percis di dekat gerai batik, atau tanya saja di mana rumah Bapak Ahmad Mubarak, insya Allah semua tahu." Balas Fatimah dengan perasaan penuh harap dan cemas.
 
Setelah mencari sana-sini bersama kawan akrabnya, Amir, Daud pun akhirnya sampai juga di kediaman orangtua Fatimah di bilangan Jakarta. Dengan sedikit perasaan tegang karena pengalaman pertama menghadap orangtua calon belahan jiwa yang ingin dilamar, sebagai sahabat Amir pun langsung menyejukkan suasana agar Daud tetap tenang dan santai.
 
Masuklah mereka setelah diizinkan oleh tuan rumahnya, kemudian bersalaman kepada bapak dan ibunya Fatimah, obrolan pun dimulai dan inilah yang terkenang.
 
"Fatimah sudah banyak cerita tentang kamu, ayah pun paham kondisi kejiwaannya ketika dia menyukai sesuatu yang diinginkan, dan ngambeknya dia ketika keinginannya tidak tercapai, tapi dia lebih dewasa dari kakaknya, Aisyah." Ujar ayah Fatimah dengan penuh wibawa menjelaskan tentang tabiat dan sedikit kepribadian anak perempuannya itu.
 
"Iya pak, maksud kedatangan saya pun ke sini untuk silaturrahim dan juga ada niat ingin mengkhitbah Fatimah putri bapak, itu pun jika belum ada yang taqdim (penj: mengajukan lamaran), mohon maaf bila kurang berkenan dan terkesan kurang sopan, jika diterima saya akan langsung bicara ke orangtua saya di kampung untuk mengadakan proses khitbah secara resmi," Daud pun menjelaskan maksud kedatangannya hendak melamar Fatimah. Meski agak sedikit gugup, namun Daud akhirnya merasa plong.
 
"Maaf ya Daud, ibu bukannya tidak percaya sama kamu, ibu cuma khawatir bagaimana nanti kehidupan rumah tangga anak ibu jika kamu sendiri belum memiliki pekerjaan tetap. Sebenarnya ibu pun sudah punya calon untuk Fatimah, putranya kawan ibu yang kebetulan masih satu kantor sama bapak, dia sudah siap segalanya." Sang ibu langsung memotong pembicaraan karena sudah tahu di mana keluarga Daud tinggal, yaitu di kampung pedesaan.
 
Daud paham dan sadar bahwa dirinya bukanlah anak orang berada, sebenarnya Daud pun tidak mengetahui sebelumnya kalau ternyata Fatimah anak seorang pejabat yang disegani.
"Iya bu, saya paham kondisi saya sekarang, tapi saya tetap berusaha memiliki pekerjaan yang halal dan baik, tentunya saya pun merasa nyaman dengan pekerjaan itu, tidak gelisah. Saya berterima kasih kepada ibu dan bapak karena sudah menerima saya untuk bersilaturrahim, saya mohon maaf jika kehadiran saya mengganggu waktu ibu dan bapak."
 
Daud pun pamit kepada kedua orangtua Fatimah, sebelum meninggalkan rumah, ayahnya Fatimah menghampiri Daud di pintu gerbang rumahnya, beliau berkata kepada Daud, "Nak, ayah sangat bangga kepadamu atas keberanian kamu hendak melamar Fatimah, ayah sebenarnya setuju saja jika kamu nantinya menjadi imam buat Fatimah, rasanya baru kemarin ayah mengasuh dan mendidiknya, ternyata Fatimah sekarang sudah dewasa.
 
Maaf ya nak, ayah tidak tahu kalau ternyata ibu sudah mempunyai calon suami buat Fatimah. Kamu harus menjadi lelaki yang kuat, tetap berikhtiar, dan tentunya harus menyertakan Allah dalam setiap keputusanmu, ayah doakan kamu mendapatkan calon istri yang terbaik." Nasihat ayah Fatimah yang cukup bijak.
 
"Terima kasih pak, semoga putri bapak juga mendapatkan calon suami yang bisa membimbing Fatimah dalam mahligai pernikahan yang diridhai Allah ta'ala."
 
Daud pun mencium tangan ayah Fatimah sebagai rasa takzim kepadanya dan langsung berpamitan.
 
"Kak, maafkan Fatimah dan kedua orangtua Fatimah jika silaturahim kakak jadi kurang berkesan, Fatimah tidak tahu jika ibu ingin menjodohkan Fatimah dengan orang lain.
 
Fatimah akan bicara ke ibu kalau Fatimah tidak mau dijodohkan. Kak, besok Fatimah mau kembali ke KL, melanjutkan kuliah. Doakan Fatimah."
 
Fatimah langsung mengirimkan sms ke Daud, ia merasa sangat khawatir jika Daud kecewa.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan dan tidak ada yang salah, justru saya yang mohon maaf. Ikuti saja nasihat ibu, beliau tahu mana yang baik untuk anaknya, jangan mengikuti hawa nafsumu. Kakak doakan semoga perjodohan itu bisa membuat kamu lebih fokus dalam belajar karena sudah jelas tujuan hidupnya." Tutup Daud seraya mendoakan yang terbaik untuk Fatimah.
 
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
 
Hari berganti hari, tepat pada hari Sabtu pagi setelah shalat subuh, terlihat Daud khusuk mendengarkan pengajian tafsir di sebuah masjid raya kota Bekasi yang dipimpin ustaz Abdul Hakim. Ustaz Abdul Hakim adalah seorang imam besar yang sangat masyhur keahliaannya dalam bidang tafsir Alquran, beliau lulusan Al-Azhar Mesir, tak aneh bila setiap ada jadwal kajian masjid selalu penuh, banyak jama'ah dari jauh yang juga sengaja datang untuk mendapatkan pencerahan ilmu dan hikmah darinya
 
وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
 
Ayat 32 dari surat An-Nur ini adalah anjuran untuk menikah, maksudnya, hendaklah laki-laki yang belum menikah atau tidak beristri atau wanita-wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat menikah.
 
Oleh karena itu, anggapan bahwa apabila menikah seseorang dapat menjadi miskin karena banyak tanggungan tidaklah benar. Dalam ayat ini terdapat anjuran menikah dan janji Allah akan memberikan kecukupan kepada mereka yang menikah untuk menjaga dirinya.
 
Allah mengetahui siapa yang berhak mendapat karunia agama maupun dunia atau salah satunya dan siapa yang tidak, sehingga Dia berikan masing-masingnya sesuai ilmu-Nya dan hikmah-Nya.
Jika sudah siap lahir batin, segeralah menikah!
 
Bagi yang belum mampu, Allah telah menjelaskan pada ayat setelahnya. Allah memerintahkan kepada kita untuk menjaga kesucian diri dan mengerjakan sebab-sebab yang dapat menyucikan diri, seperti mengalihkan pikiran dengan menyibukkan diri dalam kegiatan positif dan melakukan saran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu berpuasa."
 
Demikian salah satu isi kajian ustaz Abdul Hakim yang dibawakan dengan penuh kewibawaan dan retorika yang lantang.
 
Ternyata tema pembahasan tafsir kali ini sangat menyentuh hati dan perasaan Daud, dia terpana dengan penggalan ayat ini, "Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya".
 
Setelah pengajian usai, Daud pun langsung menghampiri sang ustaz, rupanya dia ingin bicara empat mata seraya mencurahkan masalah dan ujian hidup yang dialaminya agar diberikan solusi yang tepat dan mencerahkan.
 
Akhirnya Daud diajak ke kamar khusus imam di lantai dua masjid. Dengan panjang lebar Daud bercerita tentang semua hal yang terjadi dalam perjalanan hidupnya, tak terasa air mata Daud pun berlinang.
 
"Mas Daud, kita tidak memiliki kemampuan untuk merubah masa lalu dan tidak mampu menggambarkan masa depan dengan gambaran yang kita kehendaki, lalu mengapa kita bunuh diri sendiri dengan bersedih atas apa yang kita tak mampu merubahnya??!!
Bersabarlah dengan skenario Allah yang indah."
 
Banyak kata-kata hikmah yang keluar dari lisan keikhlasan sang ustaz, akhirnya Daud bertekad ingin bangkit kembali, bangun dari tidur yang panjang.
 
Ada satu azam Daud yang sungguh luar biasa, yaitu ingin mengkhatamkan hafalan Alquran 30 juz dan memohon kepada ustaz Abdul Hakim untuk mendengarkan hafalannya sampai tuntas, karena hatinya bergetar ketika sang ustaz menyarankan untuk menghafal Alquran, sebab Alquran merupakan obat dari berbagai macam penyakit.
 
Air mata Daud pun langsung terurai menetes ketika ustaz Abdul Hakim membacakan sebuah hadis keutamaan seorang penghafal Alquran yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya,
 
“Dari Buraidah al-Aslami Ra., ia berkata bahwasanya ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Pada hari kiamat nanti, Alquranakan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Alquran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya, ‘Apakah Anda mengenalku?’ Penghafal tadi menjawab, ‘Saya tidak mengenal kamu.’ Alquran berkata, ‘Saya adalah kawanmu, Alquran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya, setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan.’ Maka, penghafal Alqurantadi diberi kekuasaan di tangan kanannnya dan diberi kekekalan di tangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat dibayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya, ‘Kenapa kami diberi pakaian begini?’ Kemudian dijawab, ‘Karena anakmu hafal Alquran.’ Kemudian, kepada penghafal Alqurantadi diperintahkan, ‘Bacalah dan naiklah ke tingkat-tingkat surga dan kamar-kamarnya.’ Maka, ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil).”
 
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
 
Setelah melewati masa-masa sulit dalam menghafal Alquran, alhamdulillah akhirnya Daud dapat mengkhatamkan hafalan Alquran dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun.
 
Ustaz Abdul Hakim merasa bangga dan terharu atas kegigihan dan kesungguhan Daud, ustaz Abdul Hakim pun memberikan sanad hafalannya ke Daud dan berpesan kepada Daud yang dikutip dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh imam Bukhari,
 
“Jagalah Alquran, demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, Alquran itu lebih cepat lepas dari pada seekor onta dari ikatannya.” Sungguh nasihat yang penuh makna.
 
Setelah itu giliran Daud yang ingin diajak bicara empat mata oleh ustaz Abdul Hakim, rupanya ada satu hal penting lagi yang ingin disampaikan sang ustaz berkaitan dengan jodoh.
 
"Mas Daud, maaf jika ini menyinggung perasaan mas Daud. Ada orangtua yang datang kepada saya, kebetulan masih jamaah saya juga, namanya bapak Abdullah, seorang pemimpin perusahaan elektronik di Jakarta, Ph.D lulusan Amerika, dia memiliki tiga putri cantik, dia ingin minta dicarikan calon suami untuk anaknya, kriterianya hanya bisa membimbing putrinya dalam hal agama, menjadi imam yang baik buat putrinya." Dengan penuh kehati-hatian ustaz Abdul Hakim menyampaikannya, tapi tetap dengan kekhasan senyuman di wajahnya yang bersinar.
 
"Sebelumnya saya berterima kasih karena ustaz sudah menyampaikan hal itu, tapi saya mohon maaf, bukan saya menolak, tapi saya takut tidak bisa mengikuti keinginan yang biasa keluarga dia lakukan, karena saya terbiasa hidup sederhana dan memang dari keluarga sederhana." Jawab Daud juga dengan rona wajah takut mengecewakan perasaan guru ngajinya itu.
 
"Ya sudah, sekarang kamu istikharah, jangan lupa hal ini diberitahu ke orangtuamu di kampung." Demikian nasihat Ustaz Abdul Hakim kepada Daud.
 
"Insya Allah, ustaz." Tutup Daud.
 
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
 
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Akhirnya Daud pun menemukan belahan jiwanya, putri bungsu bapak Abdullah, Nourhan Abdullah. Putri bungsu yang manja dan ceria, lulusan Psikologi Universitas Indonesia, itulah bidadari surga yang dipersunting Daud menjadi istrinya.
 
Kini hidup Daud penuh keberkahan, dia memimpin sebuah pesantren tahfizh modern di Bogor, yang juga mempelajari sains dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi).
 
Pesantren Alquran dan Teknologi Fakhruddin Ar-Razi, Daud mengambil berkah dari nama seorang ulama yang sangat terkenal dan sangat berpengaruh pada masanya itu. Ia menguasai berbagai disiplin keilmuan baik di bidang ilmu-ilmu sosial maupun bidang ilmu-ilmu alam (eksakta). Ar-Razi juga seorang sastrawan, penyair, ahli fiqh, ahli tafsir, ahli hikmah, ahli ilmu kalam, seorang dokter medis dan sebagainya. Sehingga tidak diragukan lagi banyak para ilmuwan yang belajar kepada beliau baik para ilmuwan dalam negeri maupun para ilmuwan luar negeri.
 
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
 
Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari kisah di atas adalah, "Kalau datang kepadamu seorang laki-laki yang kamu sukai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah. Kalau tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan besar di muka bumi." Demikian pesan Nabi Muhammad Saw kepada para orangtua, khususnya yang memiliki putri yang belum menikah.
 
Sangat wajar bila para orangtua memiliki kekhawatiran terhadap nasib anak-anak mereka di masa mendatang, khususnya anak perempuan. Namun Rasulullah Saw telah memberikan petunjuk dalam memilihkan jodoh untuk anak perempuan. Kuncinya ada dua: agama dan akhlak, karena agama tanpa akhlak akan cacat, sedangkan akhlak tanpa agama percuma.

sumber: suara-islam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar