Niat baik tidak selamanya dianggap
baik, mungkin inilah yang dialami seorang pemuda yang tinggal di
pelosok sebuah desa di daerah Bekasi.
Daud Dzal Aidi, begitulah nama lengkap
pemuda tersebut, seperti sebuah nama nabi yang tercantum di dalam
Alquran pada surat Shad [38] ayat 17, "Daud yang memiliki kekuatan".
Orangtua Daud bukan seorang ulama,
tapi kedua orangtuanya cinta terhadap ulama, nama anaknya itu pun adalah
sebuah pemberian dari seorang ajengan yang alim dan hafizh di daerah
Garut.
Daud adalah seorang pemuda yang polos,
bisa dikatakan belum banyak terinfeksi pergaulan bebas anak muda zaman
sekarang. Daud pun tidak terbiasa bergaul dengan lawan jenis terlalu
jauh, hanya sekedar muamalah biasa.
Namun ternyata Daud memendam perasaan
terhadap seorang wanita yang pernah ditemuinya sekilas dalam acara
seminar remaja Islam di Jakarta, Fatimah namanya, kebetulan Daud menjadi
panitianya dan Fatimah yang membaca ayat-ayat suci Alquran. Daud
terkesan dengan suara indah dan lengkingan ayat-ayat yang dibacakan oleh
Fatimah seakan sudah menguasai betul nagham dalam ilmu tilawah, mulai
dari bayati, shoba, hijaz dan sebagainya.
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Singkat cerita tiga bulan kemudian,
Daud rupanya sudah ada niat ingin melamar Fatimah, sinyal cinta itu
timbul begitu saja, percakapan seperlunya pun hanya melalui pesan
singkat sms.
"Fatimah, saya mau silaturahim ke
rumah orangtua kamu, boleh saya minta alamat lengkapnya, maaf jika
kurang berkenan," setelah berpikir panjang dengan kata-katanya akhirnya
sms itu terkirim juga.
"Iya kak, silakan datang saja, rumah
orangtua saya yang bercat putih percis di dekat gerai batik, atau tanya
saja di mana rumah Bapak Ahmad Mubarak, insya Allah semua tahu." Balas
Fatimah dengan perasaan penuh harap dan cemas.
Setelah mencari sana-sini bersama
kawan akrabnya, Amir, Daud pun akhirnya sampai juga di kediaman orangtua
Fatimah di bilangan Jakarta. Dengan sedikit perasaan tegang karena
pengalaman pertama menghadap orangtua calon belahan jiwa yang ingin
dilamar, sebagai sahabat Amir pun langsung menyejukkan suasana agar Daud
tetap tenang dan santai.
Masuklah mereka setelah diizinkan oleh
tuan rumahnya, kemudian bersalaman kepada bapak dan ibunya Fatimah,
obrolan pun dimulai dan inilah yang terkenang.
"Fatimah sudah banyak cerita tentang
kamu, ayah pun paham kondisi kejiwaannya ketika dia menyukai sesuatu
yang diinginkan, dan ngambeknya dia ketika keinginannya tidak tercapai,
tapi dia lebih dewasa dari kakaknya, Aisyah." Ujar ayah Fatimah dengan
penuh wibawa menjelaskan tentang tabiat dan sedikit kepribadian anak
perempuannya itu.
"Iya pak, maksud kedatangan saya pun
ke sini untuk silaturrahim dan juga ada niat ingin mengkhitbah Fatimah
putri bapak, itu pun jika belum ada yang taqdim (penj: mengajukan
lamaran), mohon maaf bila kurang berkenan dan terkesan kurang sopan,
jika diterima saya akan langsung bicara ke orangtua saya di kampung
untuk mengadakan proses khitbah secara resmi," Daud pun menjelaskan
maksud kedatangannya hendak melamar Fatimah. Meski agak sedikit gugup,
namun Daud akhirnya merasa plong.
"Maaf ya Daud, ibu bukannya tidak
percaya sama kamu, ibu cuma khawatir bagaimana nanti kehidupan rumah
tangga anak ibu jika kamu sendiri belum memiliki pekerjaan tetap.
Sebenarnya ibu pun sudah punya calon untuk Fatimah, putranya kawan ibu
yang kebetulan masih satu kantor sama bapak, dia sudah siap segalanya."
Sang ibu langsung memotong pembicaraan karena sudah tahu di mana
keluarga Daud tinggal, yaitu di kampung pedesaan.
Daud paham dan sadar bahwa dirinya
bukanlah anak orang berada, sebenarnya Daud pun tidak mengetahui
sebelumnya kalau ternyata Fatimah anak seorang pejabat yang disegani.
"Iya bu, saya paham kondisi saya
sekarang, tapi saya tetap berusaha memiliki pekerjaan yang halal dan
baik, tentunya saya pun merasa nyaman dengan pekerjaan itu, tidak
gelisah. Saya berterima kasih kepada ibu dan bapak karena sudah menerima
saya untuk bersilaturrahim, saya mohon maaf jika kehadiran saya
mengganggu waktu ibu dan bapak."
Daud pun pamit kepada kedua orangtua
Fatimah, sebelum meninggalkan rumah, ayahnya Fatimah menghampiri Daud di
pintu gerbang rumahnya, beliau berkata kepada Daud, "Nak, ayah sangat
bangga kepadamu atas keberanian kamu hendak melamar Fatimah, ayah
sebenarnya setuju saja jika kamu nantinya menjadi imam buat Fatimah,
rasanya baru kemarin ayah mengasuh dan mendidiknya, ternyata Fatimah
sekarang sudah dewasa.
Maaf ya nak, ayah tidak tahu kalau
ternyata ibu sudah mempunyai calon suami buat Fatimah. Kamu harus
menjadi lelaki yang kuat, tetap berikhtiar, dan tentunya harus
menyertakan Allah dalam setiap keputusanmu, ayah doakan kamu mendapatkan
calon istri yang terbaik." Nasihat ayah Fatimah yang cukup bijak.
"Terima kasih pak, semoga putri bapak
juga mendapatkan calon suami yang bisa membimbing Fatimah dalam mahligai
pernikahan yang diridhai Allah ta'ala."
Daud pun mencium tangan ayah Fatimah sebagai rasa takzim kepadanya dan langsung berpamitan.
"Kak, maafkan Fatimah dan kedua
orangtua Fatimah jika silaturahim kakak jadi kurang berkesan, Fatimah
tidak tahu jika ibu ingin menjodohkan Fatimah dengan orang lain.
Fatimah akan bicara ke ibu kalau
Fatimah tidak mau dijodohkan. Kak, besok Fatimah mau kembali ke KL,
melanjutkan kuliah. Doakan Fatimah."
Fatimah langsung mengirimkan sms ke Daud, ia merasa sangat khawatir jika Daud kecewa.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan dan
tidak ada yang salah, justru saya yang mohon maaf. Ikuti saja nasihat
ibu, beliau tahu mana yang baik untuk anaknya, jangan mengikuti hawa
nafsumu. Kakak doakan semoga perjodohan itu bisa membuat kamu lebih
fokus dalam belajar karena sudah jelas tujuan hidupnya." Tutup Daud
seraya mendoakan yang terbaik untuk Fatimah.
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Hari berganti hari, tepat pada hari
Sabtu pagi setelah shalat subuh, terlihat Daud khusuk mendengarkan
pengajian tafsir di sebuah masjid raya kota Bekasi yang dipimpin ustaz
Abdul Hakim. Ustaz Abdul Hakim adalah seorang imam besar yang sangat
masyhur keahliaannya dalam bidang tafsir Alquran, beliau lulusan
Al-Azhar Mesir, tak aneh bila setiap ada jadwal kajian masjid selalu
penuh, banyak jama'ah dari jauh yang juga sengaja datang untuk
mendapatkan pencerahan ilmu dan hikmah darinya
وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ
وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ
يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Ayat 32 dari surat An-Nur ini adalah
anjuran untuk menikah, maksudnya, hendaklah laki-laki yang belum menikah
atau tidak beristri atau wanita-wanita yang tidak bersuami, dibantu
agar mereka dapat menikah.
Oleh karena itu, anggapan bahwa
apabila menikah seseorang dapat menjadi miskin karena banyak tanggungan
tidaklah benar. Dalam ayat ini terdapat anjuran menikah dan janji Allah
akan memberikan kecukupan kepada mereka yang menikah untuk menjaga
dirinya.
Allah mengetahui siapa yang berhak
mendapat karunia agama maupun dunia atau salah satunya dan siapa yang
tidak, sehingga Dia berikan masing-masingnya sesuai ilmu-Nya dan
hikmah-Nya.
Jika sudah siap lahir batin, segeralah menikah!
Bagi yang belum mampu, Allah telah
menjelaskan pada ayat setelahnya. Allah memerintahkan kepada kita untuk
menjaga kesucian diri dan mengerjakan sebab-sebab yang dapat menyucikan
diri, seperti mengalihkan pikiran dengan menyibukkan diri dalam kegiatan
positif dan melakukan saran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu
berpuasa."
Demikian salah satu isi kajian ustaz Abdul Hakim yang dibawakan dengan penuh kewibawaan dan retorika yang lantang.
Ternyata tema pembahasan tafsir kali
ini sangat menyentuh hati dan perasaan Daud, dia terpana dengan
penggalan ayat ini, "Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan
kepada mereka dengan karunia-Nya".
Setelah pengajian usai, Daud pun
langsung menghampiri sang ustaz, rupanya dia ingin bicara empat mata
seraya mencurahkan masalah dan ujian hidup yang dialaminya agar
diberikan solusi yang tepat dan mencerahkan.
Akhirnya Daud diajak ke kamar khusus
imam di lantai dua masjid. Dengan panjang lebar Daud bercerita tentang
semua hal yang terjadi dalam perjalanan hidupnya, tak terasa air mata
Daud pun berlinang.
"Mas Daud, kita tidak memiliki
kemampuan untuk merubah masa lalu dan tidak mampu menggambarkan masa
depan dengan gambaran yang kita kehendaki, lalu mengapa kita bunuh diri
sendiri dengan bersedih atas apa yang kita tak mampu merubahnya??!!
Bersabarlah dengan skenario Allah yang indah."
Banyak kata-kata hikmah yang keluar
dari lisan keikhlasan sang ustaz, akhirnya Daud bertekad ingin bangkit
kembali, bangun dari tidur yang panjang.
Ada satu azam Daud yang sungguh luar
biasa, yaitu ingin mengkhatamkan hafalan Alquran 30 juz dan memohon
kepada ustaz Abdul Hakim untuk mendengarkan hafalannya sampai tuntas,
karena hatinya bergetar ketika sang ustaz menyarankan untuk menghafal
Alquran, sebab Alquran merupakan obat dari berbagai macam penyakit.
Air mata Daud pun langsung terurai
menetes ketika ustaz Abdul Hakim membacakan sebuah hadis keutamaan
seorang penghafal Alquran yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam
Musnadnya,
“Dari Buraidah al-Aslami Ra., ia
berkata bahwasanya ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Pada hari
kiamat nanti, Alquranakan menemui penghafalnya ketika penghafal itu
keluar dari kuburnya. Alquran akan berwujud seseorang dan ia bertanya
kepada penghafalnya, ‘Apakah Anda mengenalku?’ Penghafal tadi menjawab,
‘Saya tidak mengenal kamu.’ Alquran berkata, ‘Saya adalah kawanmu,
Alquran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu
tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya, setiap pedagang akan mendapat
keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang
semua dagangan.’ Maka, penghafal Alqurantadi diberi kekuasaan di tangan
kanannnya dan diberi kekekalan di tangan kirinya, serta di atas
kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua
pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat dibayar oleh penghuni
dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya, ‘Kenapa kami
diberi pakaian begini?’ Kemudian dijawab, ‘Karena anakmu hafal Alquran.’
Kemudian, kepada penghafal Alqurantadi diperintahkan, ‘Bacalah dan
naiklah ke tingkat-tingkat surga dan kamar-kamarnya.’ Maka, ia pun terus
naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan
(tartil).”
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Setelah melewati masa-masa sulit dalam
menghafal Alquran, alhamdulillah akhirnya Daud dapat mengkhatamkan
hafalan Alquran dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun.
Ustaz Abdul Hakim merasa bangga dan
terharu atas kegigihan dan kesungguhan Daud, ustaz Abdul Hakim pun
memberikan sanad hafalannya ke Daud dan berpesan kepada Daud yang
dikutip dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh imam Bukhari,
“Jagalah Alquran, demi Yang jiwaku
berada di tangan-Nya, Alquran itu lebih cepat lepas dari pada seekor
onta dari ikatannya.” Sungguh nasihat yang penuh makna.
Setelah itu giliran Daud yang ingin
diajak bicara empat mata oleh ustaz Abdul Hakim, rupanya ada satu hal
penting lagi yang ingin disampaikan sang ustaz berkaitan dengan jodoh.
"Mas Daud, maaf jika ini menyinggung
perasaan mas Daud. Ada orangtua yang datang kepada saya, kebetulan masih
jamaah saya juga, namanya bapak Abdullah, seorang pemimpin perusahaan
elektronik di Jakarta, Ph.D lulusan Amerika, dia memiliki tiga putri
cantik, dia ingin minta dicarikan calon suami untuk anaknya, kriterianya
hanya bisa membimbing putrinya dalam hal agama, menjadi imam yang baik
buat putrinya." Dengan penuh kehati-hatian ustaz Abdul Hakim
menyampaikannya, tapi tetap dengan kekhasan senyuman di wajahnya yang
bersinar.
"Sebelumnya saya berterima kasih
karena ustaz sudah menyampaikan hal itu, tapi saya mohon maaf, bukan
saya menolak, tapi saya takut tidak bisa mengikuti keinginan yang biasa
keluarga dia lakukan, karena saya terbiasa hidup sederhana dan memang
dari keluarga sederhana." Jawab Daud juga dengan rona wajah takut
mengecewakan perasaan guru ngajinya itu.
"Ya sudah, sekarang kamu istikharah,
jangan lupa hal ini diberitahu ke orangtuamu di kampung." Demikian
nasihat Ustaz Abdul Hakim kepada Daud.
"Insya Allah, ustaz." Tutup Daud.
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Akhirnya
Daud pun menemukan belahan jiwanya, putri bungsu bapak Abdullah,
Nourhan Abdullah. Putri bungsu yang manja dan ceria, lulusan Psikologi
Universitas Indonesia, itulah bidadari surga yang dipersunting Daud
menjadi istrinya.
Kini hidup Daud penuh keberkahan, dia
memimpin sebuah pesantren tahfizh modern di Bogor, yang juga mempelajari
sains dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi).
Pesantren Alquran dan Teknologi
Fakhruddin Ar-Razi, Daud mengambil berkah dari nama seorang ulama yang
sangat terkenal dan sangat berpengaruh pada masanya itu. Ia menguasai
berbagai disiplin keilmuan baik di bidang ilmu-ilmu sosial maupun bidang
ilmu-ilmu alam (eksakta). Ar-Razi juga seorang sastrawan, penyair, ahli
fiqh, ahli tafsir, ahli hikmah, ahli ilmu kalam, seorang dokter medis
dan sebagainya. Sehingga tidak diragukan lagi banyak para ilmuwan yang
belajar kepada beliau baik para ilmuwan dalam negeri maupun para ilmuwan
luar negeri.
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Salah satu pelajaran yang bisa dipetik
dari kisah di atas adalah, "Kalau datang kepadamu seorang laki-laki
yang kamu sukai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah. Kalau tidak, maka
akan terjadi fitnah dan kerusakan besar di muka bumi." Demikian pesan
Nabi Muhammad Saw kepada para orangtua, khususnya yang memiliki putri
yang belum menikah.
sumber: suara-islam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar