Saya agak ketinggalan zaman, saya akui. Ternyata sekarang ada trend
baru dalam fashion muslimah,ya. Setelah berselancar ke sana ke mari,
akhirnya wawasan saya sedikit terbuka mengenai hijaber. Booming di awal
tahun 2011, dan dipopulerkan Dian Pelangi, seorang desainer busana
muslimah, hingga mendirikan sebuah komunitas bernama komunitas hijaber.
Memang menarik dipandang mata, melihat gadis-gadis berjilbab dengan
dandanan jilbab modern, tidak kaku, tidak konvensional, simpel, dan jauh
dari kesan kampungan (katanya….eh, kata siapa, yah ini?). Tapi, sayang
juga ya, jika nilai jilbab itu bergeser dari salah satu fungsinya
melindungi dari pandangan nafsu lawan jenis, justru malah membuat mereka
tak mampu menahan pandangan…maka salah siapa? Bukan salah bunda yang
mengandung…hehehe
Sebelum kita mulai menganut paham hijabisme..yuk, cari tahu bedanya
hijab dan jilbab. Dari hasil penelusuran dan penerawangan…ini dia arti
hijab..dan jilbab.
Hijab menurut Al Quran artinya penutup secara umum, Allah SWT. dalam
surat Al Ahzab ayat 59 memerintah kepada para shahabat Nabi Saw pada
waktu mereka meminta suatu barang kepada istri-istri Nabi Saw untuk
memintanya dari balik hijab (tutup). Jadi, jelas ya..hijab itu berarti
umum, bisa berupa tirai pembatas, bisa berupa dinding, dll.
Sedang jilbab menurut Imam Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan;
Jilbab berarti kain yang lebih besar ukurannya dari khimar (kerudung),
sedang yang benar menurutnya jilbab adalah kain yang menutup seluruh
badan. Dalam Quran surah Al Ahzab ayat 59 yang artinya: “Wahai Nabi
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri
orang-orang mukmin: Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk di kenal karena itu mereka tidak di
ganggu.Dan Allah ia adalah maha pengampun dan penyayang.”(Al Ahzab.59).
Maka berjilbab atau berhijab? Ah, saya pribadi lebih senang
menggunakan kata “berjilbab”, dari kata jalabiib, menjulurkan ke seluruh
tubuh. Berjilbab tidak sekedar menutup aurat saja, niat awal pun harus
diperbaiki, semata-mata karena Allah…bukan karena sedang trend, ingin
eksis, atau yang lainnya. Berjilbab dengan mengikuti trend pun tak
mengapa, selama bisa ia pertanggungjawabkan di hadapan Sang Pemberi
perintah kelak.. Masih teringat di tahun ketiga saya berjilbab,
seseorang pernah melecehkan saya dengan berkata, saya ibarat handphone,
tinggal chasingnya yang harus diganti…hemmh…Saya anggap itu ujian untuk
istiqomah dengan niat. Saya pun berjilbab bukan karena ingin dilihat
orang. TIDAK! Saya dengan jilbab yang mungkin menurut sebagian orang gak
fashionable, konservatif,..lebih nyaman dengan keadaan seperti itu.
Tidak usah ikut-ikutan trend, selama jilbab itu bersih, tidak tipis
menerawang, tidak sobek-sobek, menarik perhatian suami…hehehe…its OK.
Bahwa Allah tidak melihat bentuk rupamu, tapi ketaqwaanmu dalam
hati…salam untuk Rasulullah yang meninggalkan pesan ini untuk kita.
Oya, jangan pula salahkan jilbab, ketika kita mendapati seorang
berjilbab tapi tak menghijab prilakunya, berjilbab kok pacaran?berjilbab
kok merokok?berjilbab kok mulutnya kotor?berjilbab kok kelakuannya
begitu? Tidak usah menghakimi, diri pun belum tentu suci..karena “hidup
baik” itu proses dari buruk ke baik, dari baik ke lebih baik..bahkan
bisa berbalik menjadi buruk. Sekali lagi bergantung pada niat, yang
lurus semoga tetap lurus, niat yang melenceng sejak awal semoga dapat
diluruskan. Memutuskan berjilbab secara syar’i berarti menghijab diri
dari kemaksiatan diri dan lawan jenis…sekaligus bentuk kepatuhan kita
pada Allah SWT.
Wallahu a’lamu…maka telahkah anda berjilbab, muslimah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar